Monash University Jalin Kerja Sama Revitalisasi Sungai Citarum

Monash University Jalin Kerja Sama Revitalisasi
Gubernur Jabar Ridwan Kamil dan Pro Vice-Chancellor and President of Monash University Andrew Macintyre melakukan penandatanganan nota kesepakatan bersama secara virtual di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Kamis (11/5/2023). Penandatanganan ini terkait kerja sama dalam pengolahan limbah dan revitalisasi Daerah Aliran Sungai Citarum.

Pro Vice-Chancellor & President of Monash University Andrew MacIntyre mengatakan sangat senang melihat terealisasinya kemitraan antarinstitusi untuk memberikan layanan air dan penanganan limbah yang lebih baik, yang pada akhirnya dapat merevitalisasi masyarakat, ekonomi, dan lingkungan.

“Kemitraan ini membawa kami selangkah lebih dekat dalam mewujudkan visi kami untuk menciptakan sungai yang bersih, sehat, dan produktif dengan menggunakan pendekatan baru yang memanfaatkan limbah sehingga mendorong masyarakat menuju keberlanjutan,” kata Andrew.

Ia menuturkan pula bahwa pihaknya benar-benar ingin membantu masyarakat beralih dari membuang limbah ke lingkungan kepada solusi sirkular, termasuk mendaur ulang dan menggunakan kembali.

Director of the Informal Cities Lab, bagian dari Monash Faculty of Art, Design and Architecture, Prof. Diego Ramirez-Lovering juga memimpin proyek transformasi Sungai Citarum, Jabar.

Menurutnya, penandatanganan nota kesepakatan bersama tersebut adalah pencapaian yang sangat penting.

“Proyek ini menunjukkan dukungan luar biasa dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, dan daerah untuk Proyek Transformasi Citarum,” ucapnya.

Ia mengungkapkan, selama lima tahun terakhir timnya telah mengembangkan roadmap dan masterplan revitalisasi sungai berdasarkan kepakaran interdisipliner.

“Kami sekarang siap untuk merancang bersama dan menguji proyek percontohan terintegrasi yang baru untuk mencapai zero-waste dan rehabilitasi sungai,” ujar Diego.

“Dalam perjalanannya, kami akan bekerja sama dengan berbagai kelompok masyarakat yang berorientasi pada kearifan lokal, pengetahuan, kepekaan budaya, serta kesetaraan gender, disabilitas, dan inklusi sosial (GEDSI),” imbuhnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *